Tuesday, November 8, 2016

Indahnya Pulau Sempu

Indahnya Pulau Sempu


Pulau Sempu
Suara mesin perahu meraung-raung keras ditambah bau solar yang mengudara di sekitar dek perahu menjadi kawan pagi itu. Sementara sang nahkoda sibuk mengendalikan arah perahu agar tetap sesuai jalur. Perahu dengan mesin yang telah dimodifikasi ini sepertinya susah untuk melaju dengan cepat sehingga tidak digunakan untuk mencari ikan di lautan karena pasti tidak akan mampu menghadang ganasnya gelombang Samudera Hindia. Di perairan yang tenang saja dia sudah ngos-ngosan.



 
Pulau Sempu adalah daratan yang ada di sisi kiri
Pulau Sempu letaknya berada di selatan Malang, dan masuk bagian dari Kabupaten Malang. Pantai Sendang Biru adalah dermaga untuk menuju Pulau Sempu, dari sini tak butuh waktu lama untuk menyeberang, tak sampai setengah jam itupun dengan kecepatan perahu yang begitu pelan.
‘Catat nomor HP saya itu’, kata Pak Sunar, sang pengendali perahu yang mengantar kami menuju Pulau Sempu sambil menunjuk barisan angka yang tertulis di dek perahu.
‘Nanti kalau sudah mau pulang, telpon saja, akan saya jemput lagi.’ lanjutnya.
 
Pak Sunar sang nahkoda
Banyak perahu yang bertugas mengantar pengunjung menuju Pulau Sempu. Perahu ini akan membawa pengunjung mendarat lalu akan kembali lagi ke Sendang Biru. Mereka akan menjemput lagi apabila ada panggilan telepon dari para penyewa perahu tadi.
Pulau Sempu adalah sebuah cagar alam yang memiliki luas sekitar 877 hektar di bawah naungan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Timur dan memiliki empat ekosistem yaitu ekosistem hutan mangrove, hutan pantai, danau dan hutan tropis dataran rendah.
 
Suasana hutan di Pulau Sempu
Sekitar satu jam trekking melewati hutan yang masih lebat, sampailah ke tempat tujuan utama yaitu Segara Anakan. Laguna yang konon katanya begitu indah.
Glekkk.. Mood saya tiba-tiba hilang. Bagaimana tidak, melihat begitu banyaknya orang yang ada disana. Tenda-tenda berjejer bahkan seperti saling berebut tempat. Apalagi teriakan-teriakan dan gelak tawa dari para pemuda tanggung membuat suasana menjadi begitu gaduh. Pada dasarnya saya memang tidak terlalu suka keramaian, apalagi keramaian di tempat yang seharusnya tenang. Memang ini long weekend yang sudah diprediksi bahwa kunjungan ke Pulau Sempu akan melonjak, tapi tetap saja ini diluar perkiraan saya.
 
Banyaknya tenda dan sampah yang ada
Teman-teman saya langsung nyebur melihat genangan air yang tenang dan bergradasi itu. Indah sekali memang. Sementara saya harus menunggu mood saya kembali baik.
Tempat yang begitu indah seharusnya dijaga dengan begitu baik, bukan berarti saya mengatakan harus menutup tempat ini agar tetap lestari, bukan itu. Tapi harus ada aturan ketat dimana apa yang anda bawa masuk itu jugalah yang anda bawa keluar. Hal ini harus diterapkan, mengingat banyaknya sampah yang berserakan di sekitar Segara Anakan, dari sampah bungkus permen sampai tas kresek banyak ditemukan, bahkan botol-botol beling juga ada.
 
View yang ‘agak sepi’ ini baru saya peroleh ketika tengah hari ketika orang-orang sudah malas nyebur karena panas menyengat
Oke, sampah segitu memang ‘tidak terlalu’ mengurangi fungsi alam, tapi tetap saja sedikit apapun sampah akan sangat merusak sebagus apapun pemandangan. Sampah yang ada ditempat sampah saja terlihat mengganggu apalagi sampah yang berada beserakan di tempat yang seharusnya bersih. Rasanya tak ada artinya ketika bungkus permen yang saya makan lalu saya simpan di kantong celana sampai menemukan tempat sampah, sedangkan orang-orang dengan gampangnya membuang bungkus mie instan.
 
Pemandangan tengah hari
Tepat tengah hari kami meninggalkan Segara Anakan dan sejam berikutnya meninggalkan Pulau Sempu saat Pak Sunar kembali menjemput. Pesan saya lebih baik jangan ke Pulau Sempu kalau hanya untuk hura-hura dan anda tak mampu untuk menjaga kebersihannya.

sumber: http://www.tanpakendali.com/2012/11/lebih-baik-jangan-ke-pulau-sempu.html

Available link for download